Sinkronisasi adalah bentuk
penggabungan dua atau lebih sumber listrik untuk memperoleh suatu sumber
listrik yang lebih besar.
Dalam proses sinkronisasi secara
umum yang sering ditemui adalah synchrone antara genset dengan genset baik yang
memiliki kapasitas yang sama ataupun berbeda, sinkronisasi antara trafo yang
satu dengan trafo yang lain juga bisa disinkronkan tetapi tetap harus mengacu
pada syarat-syarat tertentu, demikian pula sinkronisasi antara genset dengan
pln.
Sinkronisasi genset dengan genset
Penggabungan dua sumber pembangkit
listrik ini bisa dilakukan antara dua atau lebih unit genset yang memiliki
kapasitas yang sama atau kapasitas yang berbeda.
Syarat sinkronisasi genset ini dapat
dilakukan antara lain :
- Tegangan antar genset harus sama atau mendekati sama ( ? V)
- Frequensi antar genset harus sama atau mendekati sama ( ? F)
- Sudut Fasa antar genset harus sama atau mendekati sama (ยบ ?)
- Urutan Fasa R, S, T harus sama.
Adapun syarat pendukung untuk proses sinkronisasi antar
genset yang juga harus dilengkapi pada unit genset adalah :
- Tersedianya fasilitas kontrol remote speed/Frequency regulator
- Tersedianya AVR yang dilengkapi dengan fasilitas remote voltage regulator
- CT
droop.
Proses sinkronisasi secara sederhana/manual
dapat dilakukan dengan beberapa alat pendukung dan proteksi yang bisa di rakit
dalam bentuk unit panel seperti :
- Circuit Breaker
- Sensor putaran fasa (Phase Failure Relay)
- Sensor tegangan listrik (Over Under Voltage Relay)
- Over Current Protection Relay
- Short Circuit Protection Relay
- Earth Fault Relay
- Reverse Power Relay
- Potensiometer/speed & Volt switch adjuster
- Synchronoscope/Synchrone Check Relay
- Double Volt Meter
- Double Frequensi meter
- KW meter
- Cos Phi meter
Pada proses sinkronisasi manual, deteksi awal sinkronisasi
dilakukan dengan mengamati dan mengatur tegangan maupun frequensi dari kedua
sumber pembangkit listrik genserator yang akan di sinkron melalui Double Volt
maupun Double Frequensi meter, untuk mengatur kedua parameter agar bisa
mendekati sama dilakukan dengan mengatur potensiometer atau speed dan voltage
switch adjuster, bilamana kedua parameter ini sudah mendekati sama selanjutnya
pengamatan sudut fasa dapat dilihat melalui synchronoscope dengan tetap
melakukan pengesetan pada kedua parameter volt dan frequensi secara lebih halus
sampai arah putaran synchronoscope melambat dan berhenti di jarum jam 12 maka
circuit breaker untuk menyinkronkan genset tersebut sudah boleh di Closing/ON.
Proses sinkronisasi tidak berhenti
sampai disini, masih ada parameter yang mulai harus diperhatikan lagi yaitu KW
dan Cos Phi.
Dengan adanya perubahan beban
pemakaian sumber listrik hasil sinkronisasi ini akan berakibat pula terjadinya
perbedaan KW dan Cos Phi, KW yang ditanggung antar genset harus memiliki
proporsi yang sama, demikian juga dengan Cos Phi, untuk melakukan pemerataan
beban antar genset tetap dilakukan dengan Potensiometer/Switch Regulator yang
sebelum proses sinkronisasi dilakukan untuk menyamakan tegangan dan frequensi.
Untuk menyama ratakan beban antar
genset (KW) dapat dilakukan dengan mengatur potensio/switch yang dipakai untuk
mengatur kecepatan putaran mesin/frequensi, sedangkan untuk Cos Phi dapat
dilakukan dengan mengatur potensio/switch pengatur tegangan sampai keduanya
memikul beban secara merata dan proporsional.
Short Circuit Relay berfungsi
sebagai pengaman genset terhadap terjadinya short circuit di sisi beban,
terjadinya short yang bisa berakibat melonjaknya arus listrik bisa berefek
kerusakan pada unit generator, bila terjadi hal ini maka Relay ini akan segera
mengontrol Circuit Breaker untuk melepaskan jaringan yang menuju ke sisi beban,
demikian pula dengan Over Current Relay yang bertugas sebagai pembatas arus
(Current), apabila arus listrik pemakaian melebihi quota yang disediakan oleh
genset maka dengan segera Relay ini akan memberikan sinyal untuk memutuskan
saluran yang menuju ke sisi beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar